Seputar Praktikum Kimia 1
I.
MAKSUD DAN TUJUAN
Agar
praktikan mengetahui dan memahami suatu larutan, apakah bersifat asam, netral, atau basa dengan
menggunakan indikator MM (Metyl Merah), MO (Metyl Orange), PP (Fenolftalin), kertas lakmus merah, kertas lakmus biru, dan Universal indikator pH
paper.
II.
TEORI DASAR
A. Pengertian Asam Basa
Asam dan basa
merupakan salah satu sifat zat (larutan maupun nonpelarut). Sifat asam dan basa
memiliki peran penting dalam proses kimia di alam, makhluk hidup, dan industri.
Teori yang bersangkutan dengan asam-basa yaitu:
Teori Asam Basa Archenius
Asam adalah zat yang dapat
melepaskan ion H+ di dalam air sehingga konsentrasi ion H+
dalam air meningkat.
Basa adalah zat yang dapat
melepaskan ion OH- di dalam air sehingga konsentrasi ion OH-
dalam air meningkat.
Contoh senyawa yang tergolong asam
dan basa menurut teori Archenius adalah sebagai berikut:
-
Asam: HCl,
HNO3, dan H2SO4. Senyawa ini jika dilarutkan
dalam air akan terurai membentuk ion H+ dan ion negatif sisa asam.
HCl à H+
+ Cl-
-
Basa:
NaOH, KOH, Ca(OH)2, dan Al(OH)3. Senyawa ini jika
dilarutkan dalam air akan terurai membentuk ion OH- dan ion positif
sisa basa.
Baca Selengkapnya ...
Teori Asam Basa Bronsted – Lowry
Asam adalah spesi yang bertindak
sebagai donor proton.
Basa adalah spesi yang bertindak
sebagai akseptor proton.
Contoh:
HCl + NH3 à NH4Cl
HCl bertindak sebagai donor proton
(asam) dan NH3 bertindak sebagai akseptor proton (basa).
Teori Asam Basa Lewis
Asam adalah spesi yang bertindak
sebagai akseptor pasangan elektron bebas dari spesi lain membentuk ikatan
kovalen koordinasi.
Basa adalah spesi yang bertindak
sebagai donor pasangan elektron bebas kepada spesi lain membentuk ikatan
kovalen koordinat.
Contoh:
NH3 + BF3 à H3N-BF3
BF3 bertindak sebagai
akseptor pasangan elektron bebas (asam) dan NH3 sebagai donor
pasangan elektron bebas (basa).
B. Indikator Asam Basa
Indikator asam basa adalah zat yang dapat menunjukkan sifat
asam, basa ataupun netral suatu larutan dengan mengamati warna dari
indikator/penunjuk tersebut, biasanya indikator ini adalah semacam zat organik
yang warnanya dapat berubah pada kondisi
pH tertentu atau memiliki ciri khas
warna berbeda untuk menunjukkan larutan yang bersifat asam atau basa.
Indikator Asam : H Indikator H + Indikator
Warna asam warna ion
Indikator Basa : Indikator OH Indikator + OH
Warna basa warna ion
Beberapa
contoh indikator yang biasa dipakai untuk mengetahui jenis larutan antara lain
:
Tabel
Indikator dan Trayek pH
No
|
Indikator
|
Trayek pH
|
Warna Asam
|
Warna Basa
|
1.
|
Metil Orange (MO)
|
3,1 -
4,4
|
Merah
|
Sindur/jingga
|
2.
|
Metil Merah (MM)
|
4,2 – 6,2
|
Merah
|
Kuning
|
3.
|
Lakmus
|
5,0 - 8,0
|
Merah
|
Biru
|
4.
|
Fenolftalin (PP)
|
8,2 – 10,0
|
Tak berwarna
|
Merah
|
Universal indikator
pH yang berbentuk stick/ paper mampu menunjukkan nilai pH dari 1-14, dengan cara
mencelupkan kertas tersebut kedalam larutan lalu dilihat warna yang muncul dan
kemudian samakan dengan warna yang terdapat dalam kemasan.
III.
RUMUS DAN REAKSI
-
H Indikator H + Indikator
Warna asam warna ion
-
Indikator OH Indikator + OH
Warna basa warna ion
IV.
PERCOBAAN
4.1 ZAT YANG DIPERGUNAKAN:
- Asam Khlorida ( HCl) 0,1 N. 1 N
- Asam Sulfat ( H2SO4) 0,1 N. 1 N
- Asam Asetat ( CH3COOH) 0,1 N
- Asam Oksalat ( H2C2O4) 0,1 N. 1 N
- Asam Nitrat (HNO3) 0,1 N.1 N
- Natrium Hidroksida ( NaOH) 0,1N.1 N
- Natrium Karbonat (Na2CO3) 0,1 N.1 N
- Natrium Bikarbonat (NaHCO3) 0,1N. 1N
- Natrium Khlorida (NaCl) 1 N
- Amonium Hidroksida (NH4OH) 0,1 N.1 N
4.2 ALAT YANG DIPERGUNAKAN:
- Tabung Reaksi
- Pipet Tetes
- Rak Tabung
- Pengaduk
- Piala gelas
4.3 INDIKATOR YANG DIPERGUNAKAN:
1.
Metyl Merah
(MM)
2.
Metyl Orange (MO)
3.
Fenolftalin
(PP)
4.
Lakmus merah dan lakmus biru
5.
Universal indikator pH stick
4.4 CARA KERJA
a.
Siapkan
tabung reaksi yang bersih, beri tanda atau nomor agar zat yang diamati tidak
tertukar kemudian isilah dengan zat yang akan diamati sifat dari larutan
tersebut kira-kira 1-2 ml.
b.
Teteskan
kedalam masing-masing larutan tersebut indikator fenolftalin selanjutnya amati
perubahan warna yang terjadi.
c.
Kemudian
cuci masing-masing tabung reaksi, ulangi pengerjaannya seperti diatas tetapi
dengan mempergunakan indikator yang lain, yakni Metyl Merah (MM), amati warna
yang terjadi. Selanjutnya lakukan pengerjaannya dengan indikator Metyl Orange
(MO).
d.
Selanjutnya
test dengan kertas Lakmus Merah dan kertas Lakmus Biru, caranya yakni dengan
menggunakan pipet tetes ataupun pengaduk diambil sedikit masing-masing larutan
contoh, kemudian teteskan pada kertas lakmus tersebut, amati perubahan warna
yang terjadi.
e.
Untuk
mengetahui berapa nilai pH masing-masing larutan dapat digunakan kertas
Universal indikator pH, caranya yaitu dengan mencelupkan kertas pH tersebut
kedalam larutan, kemudian bandingkan warna yang dihasilkan dengan standar warna
pada pack atau kemasan kertas Universal indikator pH.
VII. DAFTAR PUSTAKA
Pedoman
Praktikum Kimia Umum. 2003.
Bandung: Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil
PERCOBAAN: A-2
(MEMBUAT LARUTAN BAKU ASAM OKSALAT)
I.
MAKSUD DAN
TUJUAN
Agar praktikan dapat memahami dan
membuat larutan baku Asam Oksalat.
II. TEORI DASAR
Untuk menentukan kadar suatu zat dalam larutan atau
campuran dapat diketahui melalui
beberapa cara, salah satunya yaitu melalui TITRASI. Titrasi merupakan suatu
metoda untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah
diketahui konsentrasinya. Dalam melakukan titrasi, larutan yang dititrasi
disebut TITRAT dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer, sedangkan larutan
pentitrasi disebut TITRAN dimasukkan ke dalam buret.
Titrat ditambahkan titran sedikit demi sedikit
sampai mencapai keadaan ekuivalen (artinya secara stoikiometri titrat dan
titran tepat habis bereaksi) keadaan ini disebut titik ekuivalen. Pada saat
titik ekuivalen ini maka proses titrasi dihentikan. Kemudian praktikan mencatat
volume titran yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut.
Pada dasarnya melakukan titrasi ada 3 bahan yang tersedia :
·
Bahan yang
dititar, yaitu bahan atau zat yang akan dicari kadarnya
·
Bahan penitar,
yaitu bahan atau zat yang sudah diketahui konsentrasinya
·
Indikator,
yaitu zat warna yang dapat berubah warnanya dengan berubahnya pH larutan atau petunjuk tentang perubahan pH
dari suatu larutan.
Indikator sangat
penting, karena akan menunjukkan titik akhir titrasi, yaitu pada saat indikator
berubah warnanya. Perubahan warna indikator terjadi pada saat jarak pH tertentu atau pada saat titik setara
tercapai. Praktikan dapat memilih indikator yang dipakai untuk suatu titrasi
berdasarkan perubahan warna indikator akan terjadi bila perubahan trayek pH
larutan cukup besar.
Terdapat
beberapa indikator yang memiliki trayek perubahan warna cukup akurat akibat pH
larutan berubah, seperti indikator MM (Metyl Merah), MO (Metyl Orange), PP
(Fenolftalin), Kertas Lakmus Merah, Kertas Lakmus Biru, dan Universal pH paper.
Tabel Indikator dan Trayek pH
No
|
Indikator
|
Trayek pH
|
Warna Asam
|
Warna Basa
|
1.
|
Metil Orange (MO)
|
3,1 -
4,4
|
Merah
|
Sindur/jingga
|
2.
|
Metil Merah (MM)
|
4,2 – 6,2
|
Merah
|
Kuning
|
3.
|
Lakmus
|
5,0 - 8,0
|
Merah
|
Biru
|
4.
|
Fenolftalin (PP)
|
8,2 – 10,0
|
Tak berwarna
|
Merah
|
III. RUMUS DAN REAKSI
(COOH)2 . 2H2O
BM= 126 ; BE= BM / val = 126 / 2 =
63
IV. PERCOBAAN
4.1
ZAT YANG
DIGUNAKAN:
(COOH)2 . 2H2O
4.2
ALAT YANG DIGUNAKAN:
·
Neraca
analitik
·
Corong
gelas
·
Labu ukur
1000 ml
4.3
CARA KERJA
o
Menimbang dengan tepat (COOH)2.2H2O
sebanyak 0,1000 N x 63 g x 100/1000 = 0,6300 g (0,6300 gram dengan kertas timbang)
o
Memasukkan (COOH)2.2H2O ke dalam
labu ukur 100 ml melalui corong gelas
o
Mengencerkan
larutan (COOH)2.2H2O
terus sampai garis takar dengan air suling
o
Mengocok
larutan 12 kali sampai isinya serba
sama ( homogen )
o
Maka sekarang
larutan sudah siap dipakai sebagai larutan baku primer
V.
DAFTAR
PUSTAKA
Pedoman
Praktikum Kimia Umum. 2003.
Bandung: Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil
PERCOBAAN A-3
(MENETAPKAN TITAR NaOH DENGAN LARUTAN BAKU ASAM OKSALAT 0,1000 N (BASA KUAT
>< ASAM LEMAH)
I.
MAKSUD DAN
TUJUAN
Agar praktikan dapat memahami dan
menetapkan titar NaOH dengan lar Baku Asam Oksalat 0,1000N.
II. TEORI DASAR
Untuk menentukan kadar suatu zat dalam larutan atau
campuran dapat diketahui melalui
beberapa cara, salah satunya yaitu melalui TITRASI. Titrasi merupakan suatu
metoda untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah
diketahui konsentrasinya. Dalam melakukan titrasi, larutan yang dititrasi
disebut TITRAT dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer, sedangkan larutan
pentitrasi disebut TITRAN dimasukkan ke dalam buret.
Titrat ditambahkan titran sedikit demi sedikit
sampai mencapai keadaan ekuivalen (artinya secara stoikiometri titrat dan
titran tepat habis bereaksi) keadaan ini disebut titik ekuivalen. Pada saat
titik ekuivalen ini maka proses titrasi dihentikan. Kemudian praktikan mencatat
volume titran yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut.
Pada dasarnya melakukan titrasi ada 3 bahan yang tersedia :
·
Bahan yang
dititar, yaitu bahan atau zat yang akan dicari kadarnya
·
Bahan penitar,
yaitu bahan atau zat yang sudah diketahui konsentrasinya
·
Indikator,
yaitu zat warna yang dapat berubah warnanya dengan berubahnya pH larutan atau petunjuk tentang perubahan pH
dari suatu larutan.
Indikator sangat
penting, karena akan menunjukkan titik akhir titrasi, yaitu pada saat indikator
berubah warnanya. Perubahan warna indikator terjadi pada saat jarak pH tertentu atau pada saat titik setara
tercapai. Praktikan dapat memilih indikator yang dipakai untuk suatu titrasi
berdasarkan perubahan warna indikator akan terjadi bila perubahan trayek pH
larutan cukup besar.
Terdapat
beberapa indikator yang memiliki trayek perubahan warna cukup akurat akibat pH
larutan berubah, seperti indikator MM (Metyl Merah), MO (Metyl Orange), PP
(Fenolftalin), Kertas Lakmus Merah, Kertas Lakmus Biru, dan Universal pH paper.
Tabel Indikator dan Trayek pH
No
|
Indikator
|
Trayek pH
|
Warna Asam
|
Warna Basa
|
1.
|
Metil Orange (MO)
|
3,1 -
4,4
|
Merah
|
Sindur/jingga
|
2.
|
Metil Merah (MM)
|
4,2 – 6,2
|
Merah
|
Kuning
|
3.
|
Lakmus
|
5,0 - 8,0
|
Merah
|
Biru
|
4.
|
Fenolftalin (PP)
|
8,2 – 10,0
|
Tak berwarna
|
Merah
|
III. RUMUS DAN REAKSI
(COOH)2 +
2NaOH à Na2C2O4
+
2H2O
IV. PERCOBAAN
4.1
ZAT YANG
DIGUNAKAN:
ü NaOH dengan N dicari
ü Asam Oksalat 0,1000 N
ü Indikator PP
4.2
ALAT YANG DIGUNAKAN:
ü
Erlenmeyer
250 ml
ü
Pipet
volume 10 ml – 25 ml
ü
Buret 50
ml
4.3
CARA KERJA
·
Membersihkan
buret dan membilasnya dengan air suling
·
Mengisi
buret dengan larutan NaOH 0,1N hingga penuh
sampai garis (skala) nol.
·
Mempipet
larutan baku (COOH)2 0,1000N 10ml kedalam Erlenmeyer
dan meneteskan 2 tetes indikator PP
·
Mentitrasi
larutan baku (COOH)2 dengan
larutan NaOH dari buret hingga mencapai titik akhir (ekuivalen) berwarna merah muda
·
Menghitung
kadar titar NaOH dalam g/l
VI.
DAFTAR
PUSTAKA
Pedoman
Praktikum Kimia Umum. 2003.
Bandung: Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil
PERCOBAAN: A-4
(MENETAPKAN KADAR ASAM ASETAT / ASAM CUKA (CH3COOH) DENGAN NaOH 0,1
N)
I.
MAKSUD DAN
TUJUAN
Agar praktikan
mampu memahami dan menetapkan kadar Asam Asetat/ Asam Cuka (CH3COOH)
dengan NaOH 0,1 N
II.
TEORI DASAR
Untuk menentukan kadar suatu zat dalam larutan atau
campuran dapat diketahui melalui
beberapa cara, salah satunya yaitu melalui TITRASI. Titrasi merupakan suatu
metoda untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah
diketahui konsentrasinya. Dalam melakukan titrasi, larutan yang dititrasi
disebut TITRAT dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer, sedangkan larutan
pentitrasi disebut TITRAN dimasukkan ke dalam buret.
Titrat ditambahkan titran sedikit demi sedikit
sampai mencapai keadaan ekuivalen (artinya secara stoikiometri titrat dan
titran tepat habis bereaksi) keadaan ini disebut titik ekuivalen. Pada saat titik
ekuivalen ini maka proses titrasi dihentikan. Kemudian praktikan mencatat
volume titran yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut.
Pada dasarnya melakukan titrasi ada 3 bahan yang tersedia :
·
Bahan yang
dititar, yaitu bahan atau zat yang akan dicari kadarnya
·
Bahan penitar,
yaitu bahan atau zat yang sudah diketahui konsentrasinya
·
Indikator,
yaitu zat warna yang dapat berubah warnanya dengan berubahnya pH larutan atau petunjuk tentang perubahan pH
dari suatu larutan.
Indikator sangat
penting, karena akan menunjukkan titik akhir titrasi, yaitu pada saat indikator
berubah warnanya. Perubahan warna indikator terjadi pada saat jarak pH tertentu atau pada saat titik setara
tercapai. Praktikan dapat memilih indikator yang dipakai untuk suatu titrasi
berdasarkan perubahan warna indikator akan terjadi bila perubahan trayek pH
larutan cukup besar.
Terdapat
beberapa indikator yang memiliki trayek perubahan warna cukup akurat akibat pH
larutan berubah, seperti indikator MM (Metyl Merah), MO (Metyl Orange), PP (Fenolftalin),
Kertas Lakmus Merah, Kertas Lakmus Biru, dan Universal pH paper.
Tabel Indikator dan Trayek pH
No
|
Indikator
|
Trayek pH
|
Warna Asam
|
Warna Basa
|
1.
|
Metil Orange (MO)
|
3,1 -
4,4
|
Merah
|
Sindur/jingga
|
2.
|
Metil Merah (MM)
|
4,2 – 6,2
|
Merah
|
Kuning
|
3.
|
Lakmus
|
5,0 - 8,0
|
Merah
|
Biru
|
4.
|
Fenolftalin (PP)
|
8,2 – 10,0
|
Tak berwarna
|
Merah
|
III.
RUMUS DAN REAKSI
NaOH
+ CH3COOH à CH3COONa + H2O
IV.
PERCOBAAN
4.1
ZAT YANG
DIGUNAKAN:
·
NaOH 0,1 N
·
Asam
Asetat (Asam Cuka)
·
Indikator
PP
4.2
ALAT YANG
DIGUNAKAN:
·
Erlenmeyer
250 ml
·
Pipet
volume 10 ml – 25 ml
·
Buret 50
ml
·
Piala
gelas 100 ml
·
Corong
gelas
4.3
CARA KERJA
·
Membersihkan
buret dan membilasnya dengan air suling
·
Mengisi
buret dengan larutan NaOH 0,1 N hingga penuh sampai garis (skala) nol
·
Mempipet
25 ml Asam Asetat kedalam labu ukur 100 ml lalu mengencerkannya dengan air
suling sampai tanda garis
·
Mengocok
larutan 12x sampai isinya serba sama (homogen)
·
Mempipet
10 ml larutan encer yang sudah homogen kedalam Erlenmeyer
·
Membubuhi
2 tetes indikator PP kedalam Erlenmeyer
·
Mengocok
lagi larutan dalam Erlenmeyer hingga larutan homogen kembali
·
Mentitar larutan
encer dengan larutan NaOH dari buret hingga titik akhir (ekuivalen) berwarna
merah muda
·
Menghitung
kadar asam asetat dalam % atau g/L
VII. DAFTAR PUSTAKA
Pedoman
Praktikum Kimia Umum. 2003.
Bandung: Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.
PERCOBAAN: A-5 (MEMBUAT LARUTAN BAKU
PRIMER BORAKS 0,1000 N)
I.
MAKSUD DAN
TUJUAN
Agar praktikan dapat memahami dan membuat
Larutan Baku Primer Boraks 0,1000N
II.
TEORI DASAR
Untuk menentukan kadar suatu zat dalam larutan atau
campuran dapat diketahui melalui
beberapa cara, salah satunya yaitu melalui TITRASI. Titrasi merupakan suatu
metoda untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah
diketahui konsentrasinya. Dalam melakukan titrasi, larutan yang dititrasi
disebut TITRAT dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer, sedangkan larutan
pentitrasi disebut TITRAN dimasukkan ke dalam buret.
Titrat ditambahkan titran sedikit demi sedikit
sampai mencapai keadaan ekuivalen (artinya secara stoikiometri titrat dan
titran tepat habis bereaksi) keadaan ini disebut titik ekuivalen. Pada saat
titik ekuivalen ini maka proses titrasi dihentikan. Kemudian praktikan mencatat
volume titran yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut.
Pada dasarnya melakukan titrasi ada 3 bahan yang tersedia :
·
Bahan yang
dititar, yaitu bahan atau zat yang akan dicari kadarnya
·
Bahan penitar,
yaitu bahan atau zat yang sudah diketahui konsentrasinya
·
Indikator,
yaitu zat warna yang dapat berubah warnanya dengan berubahnya pH larutan atau petunjuk tentang perubahan pH
dari suatu larutan.
Indikator sangat
penting, karena akan menunjukkan titik akhir titrasi, yaitu pada saat indikator
berubah warnanya. Perubahan warna indikator terjadi pada saat jarak pH tertentu atau pada saat titik setara
tercapai. Praktikan dapat memilih indikator yang dipakai untuk suatu titrasi
berdasarkan perubahan warna indikator akan terjadi bila perubahan trayek pH larutan
cukup besar.
Terdapat
beberapa indikator yang memiliki trayek perubahan warna cukup akurat akibat pH
larutan berubah, seperti indikator MM (Metyl Merah), MO (Metyl Orange), PP
(Fenolftalin), Kertas Lakmus Merah, Kertas Lakmus Biru, dan Universal pH paper.
Tabel Indikator dan Trayek pH
No
|
Indikator
|
Trayek pH
|
Warna Asam
|
Warna Basa
|
1.
|
Metil Orange (MO)
|
3,1 -
4,4
|
Merah
|
Sindur/jingga
|
2.
|
Metil Merah (MM)
|
4,2 – 6,2
|
Merah
|
Kuning
|
3.
|
Lakmus
|
5,0 - 8,0
|
Merah
|
Biru
|
4.
|
Fenolftalin (PP)
|
8,2 – 10,0
|
Tak berwarna
|
Merah
|
III. RUMUS DAN REAKSI
Na2B4O7 . 10 H2O
BM = 381,2
BE = 381,2/2 = 190,6
IV. PERCOBAAN
4.1
ZAT YANG
DIGUNAKAN:
Na2B4O7 . 10 H2O
4.2
ALAT YANG
DIGUNAKAN:
ü Neraca analitik
ü Corong gelas
ü Labu ukur 100 ml
4.3
CARA KERJA
ü Menimbang dengan tepat boraks sebanyak 0,1000 x
190,6 gr x 100/ 1000 = 1,906 gram dengan kertas timbang
ü Memasukkan larutan boraks kedalam labu ukur 100
ml melalui corong gelas
ü Mengencerkan larutan sampai garis takar dengan
air suling
ü Mengocok larutan 12 x sampai isinya serba sama
(homogen)
ü Memasukkan kedalam botol, menyimpannya ditempat
yang aman
ü Maka sekarang larutan sudah siap dipakai
sebagai larutan baku primer
V.
DAFTAR
PUSTAKA
Pedoman
Praktikum Kimia Umum. 2003.
Bandung: Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.
PERCOBAAN: A-6 (
MENETAPKAN TITAR HCl DENGAN LARUTAN BAKU BORAKS 0,1000 N)
I.
MAKSUD DAN
TUJUAN
Agar praktikan dapat memahami dan
menetapkan Titar HCl dengan lar Boraks 0,1000N
II.
TEORI DASAR
Untuk menentukan kadar suatu zat dalam larutan atau
campuran dapat diketahui melalui
beberapa cara, salah satunya yaitu melalui TITRASI. Titrasi merupakan suatu
metoda untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah
diketahui konsentrasinya. Dalam melakukan titrasi, larutan yang dititrasi
disebut TITRAT dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer, sedangkan larutan
pentitrasi disebut TITRAN dimasukkan ke dalam buret.
Titrat ditambahkan titran sedikit demi sedikit
sampai mencapai keadaan ekuivalen (artinya secara stoikiometri titrat dan
titran tepat habis bereaksi) keadaan ini disebut titik ekuivalen. Pada saat
titik ekuivalen ini maka proses titrasi dihentikan. Kemudian praktikan mencatat
volume titran yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut.
Pada dasarnya melakukan titrasi ada 3 bahan yang tersedia :
·
Bahan yang
dititar, yaitu bahan atau zat yang akan dicari kadarnya
·
Bahan penitar,
yaitu bahan atau zat yang sudah diketahui konsentrasinya
·
Indikator,
yaitu zat warna yang dapat berubah warnanya dengan berubahnya pH larutan atau petunjuk tentang perubahan pH
dari suatu larutan.
Indikator sangat
penting, karena akan menunjukkan titik akhir titrasi, yaitu pada saat indikator
berubah warnanya. Perubahan warna indikator terjadi pada saat jarak pH tertentu atau pada saat titik setara
tercapai. Praktikan dapat memilih indikator yang dipakai untuk suatu titrasi
berdasarkan perubahan warna indikator akan terjadi bila perubahan trayek pH
larutan cukup besar.
Terdapat
beberapa indikator yang memiliki trayek perubahan warna cukup akurat akibat pH
larutan berubah, seperti indikator MM (Metyl Merah), MO (Metyl Orange), PP
(Fenolftalin), Kertas Lakmus Merah, Kertas Lakmus Biru, dan Universal pH paper.
Tabel Indikator dan Trayek pH
No
|
Indikator
|
Trayek pH
|
Warna Asam
|
Warna Basa
|
1.
|
Metil Orange (MO)
|
3,1 -
4,4
|
Merah
|
Sindur/jingga
|
2.
|
Metil Merah (MM)
|
4,2 – 6,2
|
Merah
|
Kuning
|
3.
|
Lakmus
|
5,0 - 8,0
|
Merah
|
Biru
|
4.
|
Fenolftalin (PP)
|
8,2 – 10,0
|
Tak berwarna
|
Merah
|
III.
RUMUS DAN
REAKSI
2
HCl + Na2B4O7
à 2
NaCl + H2B4O7
IV. PERCOBAAN
4.1
ZAT YANG
DIGUNAKAN:
ü HCl 0,1000 N
ü Boraks 0,1000 N
ü Indikator MO
4.2
ALAT YANG
DIGUNAKAN:
ü Erlenmeyer 250 ml
ü Pipet volume 10 ml
ü Buret 50 ml
ü Piala gelas 100 ml
ü Corong gelas
4.3
CARA KERJA
·
Membersihkan
buret dan membilasnya dengan air suling
·
Mengisi
buret dengan larutan HCl hingga penuh sampai garis (skala) nol
·
Mempipet
10 ml larutan baku boraks kedalam Erlenmeyer
·
Membubuhi
2 tetes indikator MO
·
Mentitar larutan
baku boraks yang telah ditetesi indikator MO dengan larutan HCl dari buret
hingga titik akhir (ekuivalen) berwarna jingga
·
Menghitung
titar HCl dan kadarnya dalam g/l
VII. DAFTAR PUSTAKA
Pedoman
Praktikum Kimia Umum. 2003.
Bandung: Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.
PERCOBAAN: A-7
(MENETAPKAN KADAR NaHCO3 (BASA LEMAH DENGAN ASAM KUAT))
I.
MAKSUD DAN
TUJUAN
Agar praktikan dapat menetapkan kadar NaHCO3 (basa lemah dengan
asam kuat) dengan menggunakan indikator MO
II.
TEORI DASAR
Untuk menentukan kadar suatu zat dalam larutan atau
campuran dapat diketahui melalui
beberapa cara, salah satunya yaitu melalui TITRASI. Titrasi merupakan suatu
metoda untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah
diketahui konsentrasinya. Dalam melakukan titrasi, larutan yang dititrasi
disebut TITRAT dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer, sedangkan larutan
pentitrasi disebut TITRAN dimasukkan ke dalam buret.
Titrat ditambahkan titran sedikit demi sedikit
sampai mencapai keadaan ekuivalen (artinya secara stoikiometri titrat dan
titran tepat habis bereaksi) keadaan ini disebut titik ekuivalen. Pada saat
titik ekuivalen ini maka proses titrasi dihentikan. Kemudian praktikan mencatat
volume titran yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut.
Pada dasarnya melakukan titrasi ada 3 bahan yang tersedia :
·
Bahan yang
dititar, yaitu bahan atau zat yang akan dicari kadarnya
·
Bahan penitar,
yaitu bahan atau zat yang sudah diketahui konsentrasinya
·
Indikator,
yaitu zat warna yang dapat berubah warnanya dengan berubahnya pH larutan atau petunjuk tentang perubahan pH
dari suatu larutan.
Indikator sangat
penting, karena akan menunjukkan titik akhir titrasi, yaitu pada saat indikator
berubah warnanya. Perubahan warna indikator terjadi pada saat jarak pH tertentu atau pada saat titik setara
tercapai. Praktikan dapat memilih indikator yang dipakai untuk suatu titrasi
berdasarkan perubahan warna indikator akan terjadi bila perubahan trayek pH
larutan cukup besar.
Terdapat
beberapa indikator yang memiliki trayek perubahan warna cukup akurat akibat pH
larutan berubah, seperti indikator MM (Metyl Merah), MO (Metyl Orange), PP
(Fenolftalin), Kertas Lakmus Merah, Kertas Lakmus Biru, dan Universal pH paper.
Tabel Indikator dan Trayek pH
No
|
Indikator
|
Trayek pH
|
Warna Asam
|
Warna Basa
|
1.
|
Metil Orange (MO)
|
3,1 -
4,4
|
Merah
|
Sindur/jingga
|
2.
|
Metil Merah (MM)
|
4,2 – 6,2
|
Merah
|
Kuning
|
3.
|
Lakmus
|
5,0 - 8,0
|
Merah
|
Biru
|
4.
|
Fenolftalin (PP)
|
8,2 – 10,0
|
Tak berwarna
|
Merah
|
III.
RUMUS DAN
REAKSI
CO2
NaHCO3
+ HCl à NaCl + H2CO3
H2O
IV.
PERCOBAAN
4.1 ZAT YANG DIGUNAKAN
- NaHCO3 0.25 N
- HCl 0.1 N
- Indikator MO
4.2 ALAT YANG DIGUNAKAN
·
Erlenmeyer
250 ml
·
Pipet Ukur
10 ml
·
Labu Ukur
100 ml
·
Buret 50
ml
·
Piala
Gelas 100 ml
·
Corong
Gelas
4.3 CARA KERJA
- Membersihakan buret dan membilasnya dengan air suling
- Mengisi buret dengan HCl 0.1 N (yang diketahui titarnya)
- Mempipet 25 ml larutan NaHCO3 0.25 N dan masukkan kedalam labu ukur 100 ml lalu mengencerkannya dengan air suling sampai tanda garis, dan kocok 12 kali. (air suling yang dipakai tidak mengandung CO2)
- Mempipet 10 ml larutan encer kedalam Erlenmeyer lalu membubuhi 2 tetes indikator MO
- Mentitar dengan larutan HCl dari buret hingga titik akhir berwarna orange
- Menghitung kadar NaHCO3
25 ml larutan NaHCO3 à 100ml (diencerkan dengan larutan uji bebas CO2)
à dipipet 10 ml + 2 tetes indikator MO kedalam Erlenmeyer (berwarna
kuning) à dititrasi dengan HCl hingga berwarna orange
Perhitungan:
NaHCO3 = ml x
N. HCl x BS x P mg/L
= ml x N. HCl x 84 x 1000/25
= ml x N. HCl x 84 x 400
Ingat
: P (faktor pengencer) tidak selalu 400
VII. DAFTAR PUSTAKA
Pedoman
Praktikum Kimia Umum. 2003.
Bandung: Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.
PERCOBAAN: A-8
(MENETAPKAN KADAR CAMPURAN Na2CO3 DAN NaHCO3 (CAMPURAN
BASA LEMAH DENGAN ASAM KUAT))
I.
MAKSUD DAN TUJUAN
Agar Praktikan dapat menetapkan kadar campuran Na2CO3
dan NaHCO3 (campuran basa lemah dengan asam kuat) dengan indikator
PP dan MO
II.
TEORI DASAR
Untuk menentukan kadar suatu zat dalam larutan atau
campuran dapat diketahui melalui
beberapa cara, salah satunya yaitu melalui TITRASI. Titrasi merupakan suatu
metoda untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah
diketahui konsentrasinya. Dalam melakukan titrasi, larutan yang dititrasi
disebut TITRAT dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer, sedangkan larutan
pentitrasi disebut TITRAN dimasukkan ke dalam buret.
Titrat ditambahkan titran sedikit demi sedikit
sampai mencapai keadaan ekuivalen (artinya secara stoikiometri titrat dan
titran tepat habis bereaksi) keadaan ini disebut titik ekuivalen. Pada saat
titik ekuivalen ini maka proses titrasi dihentikan. Kemudian praktikan mencatat
volume titran yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut.
Pada dasarnya melakukan titrasi ada 3 bahan yang tersedia :
·
Bahan yang
dititar, yaitu bahan atau zat yang akan dicari kadarnya
·
Bahan penitar,
yaitu bahan atau zat yang sudah diketahui konsentrasinya
·
Indikator,
yaitu zat warna yang dapat berubah warnanya dengan berubahnya pH larutan atau petunjuk tentang perubahan pH
dari suatu larutan.
Indikator sangat
penting, karena akan menunjukkan titik akhir titrasi, yaitu pada saat indikator
berubah warnanya. Perubahan warna indikator terjadi pada saat jarak pH tertentu atau pada saat titik setara
tercapai. Praktikan dapat memilih indikator yang dipakai untuk suatu titrasi
berdasarkan perubahan warna indikator akan terjadi bila perubahan trayek pH
larutan cukup besar.
Terdapat
beberapa indikator yang memiliki trayek perubahan warna cukup akurat akibat pH
larutan berubah, seperti indikator MM (Metyl Merah), MO (Metyl Orange), PP
(Fenolftalin), Kertas Lakmus Merah, Kertas Lakmus Biru, dan Universal pH paper.
Tabel Indikator dan Trayek pH
No
|
Indikator
|
Trayek pH
|
Warna Asam
|
Warna Basa
|
1.
|
Metil Orange (MO)
|
3,1 -
4,4
|
Merah
|
Sindur/jingga
|
2.
|
Metil Merah (MM)
|
4,2 – 6,2
|
Merah
|
Kuning
|
3.
|
Lakmus
|
5,0 - 8,0
|
Merah
|
Biru
|
4.
|
Fenolftalin (PP)
|
8,2 – 10,0
|
Tak berwarna
|
Merah
|
III.
RUMUS DAN
REAKSI
Na2CO3 +
HCl à NaHCO3 + NaCl
CO2
NaHCO3 +
HCl à NaCl + H2CO3
H2O
IV. PERCOBAAN
4.1
ZAT YANG
DIGUNAKAN
·
Larutan contoh NaHCO3 +
Na2CO3
·
Larutan HCl 0.1 N
·
Indikator PP dan MO
4.2
ALAT YANG
DIGUNAKAN
· Erlenmeyer 250 ml
· Pipet Volume
· Labu Ukur 100 ml
· Piala Gelas 100 ml
· Corong Gelas
4.3
CARA KERJA
·
Membersihakan buret dan
membilasnya dengan air suling
·
Mengisi buret dengan HCl 0.1 N
(yang diketahui titarnya)
·
Mempipet 25 ml masing-masing larutan contoh (Na2CO3 dan NaHCO3) dan memasukkan kedalam labu ukur 100 ml lalu mengencerkannya dengan air
suling sampai tanda garis, dan kocok 12 kali. (air suling yang dipakai tidak
mengandung CO2)
- Mempipet 10 ml larutan encer kedalam Erlenmeyer lalu membubuhi 2 tetes indikator PP
·
Mentitar
dengan larutan HCl dari buret hingga larutan tepat tak berwarna
·
Membubuhi
2 tetes indikator MO dan titrasi diteruskan lagi sampai titik akhir yang
berwarna orange
·
Menghitung
kadar Na2CO3 dan NaHCO3 masing – masing dan
susunan prosentase campuran tersebut
25 ml larutan (NaHCO3 dan Na2CO3) à 100ml (diencerkan dengan larutan uji bebas CO2)
à
dipipet 10 ml + 2 tetes indikator PP
kedalam Erlenmeyer (merah muda-ungu)
à dititrasi dengan HCl (bening/tak
berwarna) à lalu
bubuhi 2 tetes MO (kuning) à dititrasi lagi dengan HCl
(orange/sindur)
VII. DAFTAR PUSTAKA
Pedoman
Praktikum Kimia Umum. 2003.
Bandung: Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.
PERCOBAAN: A-9
(MENETAPKAN KADAR CAMPURAN NaOH DAN Na2CO3 (BASA KUAT + BASA LEMAH DENGAN ASAM
KUAT))
I.
MAKSUD DAN
TUJUAN
Agar praktikan dapat menetapkan
kadar campuran NaOH dan Na2CO3 dengan indikator PP dan MO
II.
TEORI DASAR
Untuk menentukan kadar suatu zat dalam larutan atau
campuran dapat diketahui melalui
beberapa cara, salah satunya yaitu melalui TITRASI. Titrasi merupakan suatu
metoda untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah
diketahui konsentrasinya. Dalam melakukan titrasi, larutan yang dititrasi
disebut TITRAT dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer, sedangkan larutan
pentitrasi disebut TITRAN dimasukkan ke dalam buret.
Titrat ditambahkan titran sedikit demi sedikit
sampai mencapai keadaan ekuivalen (artinya secara stoikiometri titrat dan
titran tepat habis bereaksi) keadaan ini disebut titik ekuivalen. Pada saat
titik ekuivalen ini maka proses titrasi dihentikan. Kemudian praktikan mencatat
volume titran yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut.
Pada dasarnya melakukan titrasi ada 3 bahan yang tersedia :
·
Bahan yang
dititar, yaitu bahan atau zat yang akan dicari kadarnya
·
Bahan penitar,
yaitu bahan atau zat yang sudah diketahui konsentrasinya
·
Indikator,
yaitu zat warna yang dapat berubah warnanya dengan berubahnya pH larutan atau petunjuk tentang perubahan pH
dari suatu larutan.
Indikator sangat
penting, karena akan menunjukkan titik akhir titrasi, yaitu pada saat indikator
berubah warnanya. Perubahan warna indikator terjadi pada saat jarak pH tertentu atau pada saat titik setara
tercapai. Praktikan dapat memilih indikator yang dipakai untuk suatu titrasi
berdasarkan perubahan warna indikator akan terjadi bila perubahan trayek pH
larutan cukup besar.
Terdapat
beberapa indikator yang memiliki trayek perubahan warna cukup akurat akibat pH
larutan berubah, seperti indikator MM (Metyl Merah), MO (Metyl Orange), PP
(Fenolftalin), Kertas Lakmus Merah, Kertas Lakmus Biru, dan Universal pH paper.
Tabel Indikator dan Trayek pH
No
|
Indikator
|
Trayek pH
|
Warna Asam
|
Warna Basa
|
1.
|
Metil Orange (MO)
|
3,1 -
4,4
|
Merah
|
Sindur/jingga
|
2.
|
Metil Merah (MM)
|
4,2 – 6,2
|
Merah
|
Kuning
|
3.
|
Lakmus
|
5,0 - 8,0
|
Merah
|
Biru
|
4.
|
Fenolftalin (PP)
|
8,2 – 10,0
|
Tak berwarna
|
Merah
|
III.
RUMUS DAN
REAKSI
Dengan indikator
PP terjadi reaksi:
NaOH +
HCl à NaCl + H2O
Na2CO3
+ HCl à NaHCO3 + NaCl
Dengan indikator MO terjadi reaksi:
CO2
Na2CO3 +
HCl à NaCl + H2CO3
H2O
IV.
PERCOBAAN
4.1 ZAT YANG DIGUNAKAN:
·
Larutan
contoh NaOH + Na2CO3
·
Larutan
HCl 0,1 N
·
Indikator
PP dan MO
4.2 ALAT YANG DIGUNAKAN:
·
Erlenmeyer
250 ml
·
Pipet
volume 10 ml + 25 ml
·
Labu ukur
100 ml
·
Piala
gelas 100 ml
·
Corong
gelas
4.3
CARA KERJA
·
Membersihakan buret dan
membilasnya dengan air suling
·
Mengisi buret dengan HCl 0.1 N
(yang diketahui titarnya)
·
Mempipet 25 ml masing-masing larutan contoh (NaOH dan NaHCO3) dan memasukkan kedalam labu
ukur 100 ml lalu mengencerkannya dengan air suling sampai tanda garis, dan
kocok 12 kali. (air suling yang dipakai tidak mengandung CO2)
- Mempipet 10 ml larutan encer kedalam Erlenmeyer lalu membubuhi 2 tetes indikator PP
·
Mentitar
dengan larutan HCl dari buret hingga larutan tepat tak berwarna
·
Membubuhi
2 tetes indikator MO dan titrasi diteruskan lagi sampai titik akhir yang
berwarna orange
·
Menghitung
kadar NaOH dan NaHCO3 masing – masing dan susunan prosentase
campuran tersebut
25 ml larutan (NaHCO3 dan NaOH) à 100ml (diencerkan dengan larutan uji bebas CO2)
à
dipipet 10 ml + 2 tetes indikator PP
kedalam Erlenmeyer (merah muda-ungu)
à dititrasi dengan HCl (bening/tak
berwarna) à lalu
bubuhi 2 tetes MO (kuning) à dititrasi lagi dengan HCl
(orange/sindur)
VII. DAFTAR PUSTAKA
Pedoman
Praktikum Kimia Umum. 2003.
Bandung: Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.
Comments
Post a Comment