KALIMAT EFEKTIF
Kalimat efektif adalah kalimat yang memperlihatkan bahwa
proses penyampaian oleh pembicara/penulis dan proses penerimaan oleh
pendengar/pembaca berlangsung dengan sempurna sehingga isi atau maksud
yang di sampaikan oleh pembicara/penulis tergambar lengkap dalam pikiran
pendengar/pembaca. Pesan yang diterima oleh pendengar/pembaca relative sama
dengan yang di kehendaki oleh pembicara/penulis.
Kalimat
efektif adalah Kalimat yang secara tepat dapat mewakili gagasan/perasaan
pembicara/penulis sehingga pendengar/pembaca dapat memahami makna kalimat itu
persis seperti yang dipikirkan/dirasakan pembicara/penulis.
Syarat-syarat kalimat efektif
sebagai berikut:
1. Secara tepat mewakili pikiran pembicara/penulisnya.
2. Mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran pendengar/pembaca dengan yang dipikirkan pembaca atau penulisnya.
1. Secara tepat mewakili pikiran pembicara/penulisnya.
2. Mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran pendengar/pembaca dengan yang dipikirkan pembaca atau penulisnya.
Kalimat efektif itu memiliki ciri
yaitu :
1 Koherensi
(keutuhan)
Koherensi (keutuhan) dalam kalimat terlihat pada adanya
keterkaitan makna antardata dalam kalimat tersebut. Perhatikan contoh dibawah
ini.
(1a) Kami pun akhirnya
saling memaafkan.
(1b) Saya pun akhirnya
saling memaafkan.
(2a) Mereka
berbondong-bondong menuju pertunjukan rakyat itu.
(2b) Dia berbondong-bondong
manuju pertunjukan rakyat itu.
Kalimat (1a) dan (2a) di atas merupakan contoh kalimat yang
memiliki keutuhan atau kepaduan, sedangkan kalimat (1b) dan (2b) tidak.
Penggunaan kata ganti orang pertama tunggal saya pada (1b) sebagai subjek
predikat verba saling memaafkan tidaklah tepat. Predikat verba
itu memerlukan kata ganti orang yang jamak. Sementara itu, pada kalimat (2b)
terlihat pada penggunaan kata ganti dia sebagai subjek predikat verba berbondong-bondong.
Predikat verba itu memiliki cirii (semantis) dengan subjek jamak.
2 Kesejajaran/
Keparalelan (Kesamaan/kesejajaran
bentuk kata/frasa yang digunakan dalam sebuah kalimat)
Kalimat efekif mempersyaratkan adanya kesejajaran bentuk dan
kesejajaran makna. Kesejajaran bentuk berhubungan dengan struktur kalusa,
sedangkan kesejajaran makna berkaitan dengan kejelasan informasi yang
diungkapkan.
2.1 Kesejajaran/Keparalelan
Bentuk
Kesejajaran bentuk mengacu pada kesejajaran unsur-unsur
dalam kalimat. Kesejajaran unsur-unsur kalimat itu akan memudahkan pemahaman
pengungkapan pikiran. Perhatikan contoh kalimat berikut.
(3a) Lokasi perumahan
telah dipilih, tetapi lokasi itu belum disetujui direktur.
(3b) Lokasi perumahan
telah dipilih, tetapi direktur belum menyetujuinya.
Kalimat (3a) memperlihatkan kesejajaran bentuk kalusa,
keduanya merupakan kalusa bentuk pasif. Sementara itu pada kalimat (3b)
ketitidak sejajaran bentuk terlihat pada ketitidak sejajaran bentuk kalusa
pasif (dipilih) dan bentuk kalusa aktif (menyetujui). Agar
terdapat kesejajaran, klausa kedua di ubah menjadi klausa pasif. Jika bentuk
kalusa pertama pasif, bentuk klausa berikutnya pasif pula (3a). sebaliknya,
jika bentuk kalusa pertama aktif, bentuk kalusa berikutnya aktif juga. Dengan demikian
kalimat (3b) dapat di perbaiki menjadi seperti berikut.
(3c) Pemimpin unit
telah memilih lokasi perumahan, tetapi direktur belum menyetujuinya.
Kesejajaran bentuk juga perlu diperhatikan dalam kalimat
yang mengandung perincian. Perhatikan contoh berikut/
(4) Langkah-langkah
dalam wawancara ialah
(a) pertemuan
dengan orang yang akan diwawancarai,
(b) utarakan
maksud wawancara, dan
(c) mengatur
waktu wawancara.
Ketidaksejajaran kalimat (4) terlihat dalam penggunaan
bentuk kata pada awal rincian. Dalam rincian yang pertama digunakan bentuk
kata pertemuan (nomina); dalam perincian kedua digunakan
bentuk kata utarakan (verba); dalam perincian keiga digunakan
bentuk kata mengatur(verba). Agar sejajar, kalimat (4) di perbaiki
menjadi seperti berikut.
(4a) Langkah-langkah
dalam wawancara ialah
(a) mengatur
pertemuan dengan orang yang akan diwawancarai,
(b)
mengutarakan maksud wawancara, dan
(c) mengatur
waktu wawancara.
2.2 Kesejajaran/
Keparalelan Makna
Kesejajaran makna kalimat akan terlihat melalui penataan
gagasan yang cermat. Perhatikan contoh berikut ini .
(5) Saya tidak
memperhatikan dan mempunyai kepentingan terhadap masalah itu.
Kalimat seperti itu sering terealisasi menjadi pernyataan
negative (tidak memperhatikan ) digabungkan dengan pernyataan
positif (mempunyai kepentingan). Akibatnya, makna kalimat (5) tidak
jelas. Seharusnya, pernyataan negative di gabungkan dengan pernyataan negative
pula atau sebaliknya. Dengan demikian, kalmat (5) dapat diubah sebagai berikut.
(5a) Saya tidak memperhatikan dan
mempunyai kepentingan terhadap masalah itu.
(5b) Saya memperhatikan dan
mempunyai kepentingan terhadap masalah itu.
3 Pemfokusan
Yang dimaksud dengan pemfokusan adalah pemusatan perhatian
terhadap bagian kalimat tertentu. Pemfokusan itu dilakukan melalui berbagai
cara, antara lain melalui pengedepanan dan pengulangan.
3.1 Pengedepanan
Kalimat yang difokuskan diletakan pada bagian awal kalimat. Perhatikan contoh
berikut.
(6) Piala Sudirman seharusnya
tidak berpindah dari bumi pertiwi ini.
(7) Sangat memprihatinkan
keadaan perekonomian Indonesia saat itu.
(8) Secara beringas mereka
menyerbu pertokoan itu.
Pada cotoh diatas terlihat bahwa bagian awal kalimat merupakan bagian yang
difokuskan atau ditonjolkan. Unsur yang ditonjilkan pada kalimat (6) adalah
subjeknya, yaitu Piala Sudirman, pada kalimat (7) adalah predikat,
yaitu sangat memprihatinkan, dan pada kalimat (8) adalah
keterangan, yaitu secara beringas. Unsur yang dikedepankan itu
tidak ada menonjol lagi kalau susunannya diubah menjadi sebagai berikut.
(6a) Seharusnya piala Sudirman tidak
berpindah dari bumi pertiwi ini.
(7a) Keadaan perekonomian
Indonesia saat itu sangat memprihatinkan.
(8a) Mereka menyerbu
pertokoan itu secara beringas.
3.2 Pengulangan
Pemfokusan dapat ditempuh pula melalui pengulangan bagian
yang difokuskan atau ditekankan, seperti contoh berikut.
(9) Rajin membaca dan rajin
menulis dapat menjamin prestasi belajar demi masa depan.
(10) Pandai bergaul, pandai berbicara, dan pandai
membujuk orang adalah modal utama seorang pialang.
Pengulangan kata rajin pada kalimat (9) dan kata pandai pada
kalimat (10) dalam ragam tertentu tidak dapat dikatakan mubazir karena
berfungsi untuk mempertegas pernyataan. Sebenarnya kata rajin dan pandai dapat
saja hanya muncul sekali, tetapi kesannya berbeda. Bandingkan kalimat (9) dan
(10) dengan kalimat (9a) dan (10a) berikut.
(9a) Rajin membaca dan menulis dapat
menjadi prestasi belajar masa depan.
(10a) Pandai bergaul, berbicara,
dan membujuk orang adalah modal utama seorang pialang.
4 Penghematan (Penghematan dalam penggunaan kata/frasa/bentuk lain yang tidak diperlukan sejauh tidak menyalahi kaidah dan tidak mengubah makna).
Kalimat efektif ditandai pula dengan penggunaan kata secara
hemat. Penghematan penggunaan kata itu dilakukan, antara lain, dengan cara (a)
Tidak mengulang subyek yang sama, (b) Menghindari pemakaian bentuk ganda, dan
(c) Menggunakan kata secara hemat.
4.1 Penghematan Subjek Berulang
Subjek berulang terdapat dalam kalimat majemuk, baik dalam
kalimat majemuk setara maupun kalimat majemuk bertingkat. Dalam hal ini
subjeknya harus sama pada kalimat majemuk setara subjek kalimat pertama sama
dengan subjek kalimat kedua, ketiga, dan seterusnya. Pada kalimat majemuk
bertingkat subjek anak kalimat sama dengan subjek induk kalimat. Perhatikan
kalimat dibawah ini.
(11) Dia masuk ke
ruang pertemuan itu, kemudian dia duduk di kursi paling depan, lalu dia asyik
membaca novel.
(11a) Dia masuk ke ruang pertemuan itu,
kemudian duduk di kursi paling depan, lalu asyik membaca novel.
Kalimat (11) adalah kalimat majemuk setara yang terdiri atas tiga kalimat dasar
dengan subjek yang sama, yaitu dia. Pemunculan subjek sebanyak tiga
kali tersebut jelas tidak hemat. Oleh karena itu, subjek kedua dan ketiga tidak
perlu hadir sehingga terbentuk kalimat (11a) yang lebih efektif.
Penghilangan subjek kalimat majemuk bertingkat terlihat pada kalimat berikut.
(12) Sejak saya bertempat tinggal di
Bogor, saya mempunyai banyak waktu luang.
(12a) Sejak bertempat tinggal di
Bogor, saya mempunyai lebih banyak waktu luang.
Pada kalimat (12) terlihat bahwa subjek anak kalimat sama dengan subjek induk
kalimat. Karena subjeknya sama, salah satu subjek tersebut dapat dihilangkan
sehingga menjadi kalimat (12a). Namun, harus diingat bahwa penghilangan subjek
di dalam kalimat majemuk bertingkat tidak boleh dilakukan pada induk kalimat
karena kalau urutan diubah akan terjadi seperti (12c). Penghilangan seperti
pada kalimat (12b) dan (12c) dibawah ini harus dihindari.
(12b) * Sejak saya bertempat tinggal di Bogor,
mempunyai lebih banyak waktu luang.
(12c) * Mempunyai lebih banyak waktu
luang sejak saya bertempat tinggal di Bogor.
4.2 Penghematan Bentuk Ganda
Di dalam pemakaian bahasa sehari-hari sering ditemukan
pemakaian bentuk ganda yang dapat digolongkan sebagai bentuk ganda atau
bersinonim seperti contoh berikut.
adalah
merupakan
agar supaya
seperti misalnya
sangat … sekali
amat sangat
demi untuk
hanya … saja
Tiap-tiap unsur pada pasangan di atas mempunyai arti
dan fungsi yang hampir sama di dalam sebuah kalimat. Oleh karena itu,
penggunaan kedua unsur tersebut secara bersama-sama, terutama dalam bahasa
tulis resmi, harus dihindarkan perhatikan contoh di bawah ini :
(13) Bantuan untuk orang miskin itu
adalah merupakan wujud kepedulian sosial masyarakat yang mampu.
(13a) Bantuan untuk orang miskin itu merupakan wujud
kepedulian social masyarakat yang mampu.
(13b) Bantuan
untuk orang miskin itu adalah wujud kepedulian social masyarakat yang mampu.
(14) Penghijauan kembali lahan gundul perlu
digalakkan agar supaya tidak terjadi banjir.
(14a) Penghijauan kembali lahan gundul perlu digalakkan agar
tidak terjadi banjir.
(14b) Penghijauan kembali lahan gundul perlu digalakkan
supaya tidak terjadi banjir.
(15) Kualitas air tanah di daerah permukiman itu
sangat baik sekali.
(15a) Kualitas air tanah di daerah pemukiman itu sangat baik.
(15b) Kualitas air tanah di daerah pemukiman itu baik sekali.
(16) Persoalan yang dibicarakannya amat sangat
penting.
(16a) Persoalan yang dibicarakannya amat penting.
(16b) Persoalan yang dibicarakannya sangat penting.
(17) Demi untuk kepentingan rakyat banyak mereka
rela berkorban apa saja.
(17a) Demi kepentingan rakyat banyak, mereka rela berkorban
apa saja.
(17b) Untuk kepentingan rakyat banyak, mereka rela berkorban
apa saja.
(18) Agar dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungan mereka hanya memerlukan waktu beberapa hari saja.
(18a) Agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan, mereka
hanya memerlukan waktu beberapa hari saja.
Penggunaan bentuk ganda tampak pada contoh (13)- -(18). Dari
segi makna dan kerapihan struktur kalimat, contoh (13)- - (18) itu tidak
memperlihatkan adanya masalah kebahasan. Namun, dari segi kehematan penggunaan
kata, pemakaian bentuk ganda itu mengandung kemubaziran. Oleh karena itu, yang
disarankan untuk digunakan adalah contoh (13a) - - (18a) dan (13b) - - (18b).
4.3 Penghematan
Penggunaan Kata
Di dalam bahasa Indonesia tidak dikenal bentuk jamak atau
tunggal secara tata bahasa. Katakaryawan,peserta, atau anak,
misalnya, dapat bermakna tunggal dan dapat pula bermakna jamak. Hal itu sangat
bergantung pada konteks pemakaiannya. Untuk menyatakan makna jamak, antara
lain, dapat dilakukan dengan pengulangan atau penambahan kata yang menyatakan
makna jamak, seperti para, beberapa, sejumlah, banyak, atau segala.
Kedua cara pengungkapan makna jamak itu tidak digunakan secara bersam-sama.
Perhatikan contoh dibawah ini.
(19) *Beberapa
rumah-rumah di bantaran kali itu akan segera ditertibkan.
(19a) Beberapa rumah di bantaran kali
itu akan segera ditertibkan.
(19b) Rumah-rumah di bantaran kali itu
akan segera ditertibkan.
(20) *Karyawan
harus menaati segala ketentuan-ketentuan yang berlaku di kantor.
(20a) Karyawan harus menaati segala
ketentuan yang berlaku di kantor.
(20b) Karyawan harus menaati
ketentuan-ketentuan yang berlaku di kantor.
5 Kelogisan
(Ide yang ada dalam
kalimat dapat diterima akal sehat)
Kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat dengan mudah
dipahami dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku. Hubungan
unsur-unsur dalam kalimat harus memiliki hubungan yang logis/masuk akal.
Contoh:
(25a) Untuk mempersingkat waktu,
kami teruskan acara ini. (salah)
(25b) Untuk menghemat waktu, kami
teruskan acara ini. (benar)
(26a) Mayat lelaki tua yang
ditemukan itu sebelumnya sering mondar-mandir di daerah tersebut. (salah)
(26b) Sebelum meninggal, lelaki
tua yang mayatnya ditemukan itu sering mondar-mandir di daerah tersebut.
(benar)
(1)
Waktu dan tempat kami persilakan. (tidak logis)
(2)
Rektor Univeritas Jember kami persilakan untuk memberi sambutan. (Logis)
(3)
Nak, jangan berdiri di situ; ibu tidak kelihatan! (tidak logis)
(4)
Nak, jangan berdiri di situ; ibu tidak bisa melihat tayangan televisi. (logis)
(5)
Pencuri itu berhasil ditangkap polisi. (tidak logis)
(6)
Polisi berhasil menangkap pencuri. (logis)
(7)
Pencuri berhasil melarikan diri. (logis)
6 Variasi
Penyusunan kalimat perlu memperhatikan variable kalimat
karena variasi itu akan memberikan efek yang berbeda. Pemfokusan dengan
mengedepankan unsure yang dianggap penting seperti yang telah dibicarakan pada
bagian 3.1 dapat digolongkansebagai variasi urutan unsur kalimat. Namun,
variasi kalimat bukan hanya itu. Variasi lain yang mempertimbangkan nilai
komunikasi dapat berupa penyusunan kalimat berimbang, kalimat melepas, dan
kalimat berklimaks.
6.1 Kalimat
Berimbang
Yang dimaksud dengan kalimat berimbang adalah kalimat yang
mengandung beberapa informasi yang kadarnya sama atau seimbang karena sama-sama
penting. Contohnya adalah sebagai berikut.
(21) Fajar
telah menyingsing dan burung-burung pun mulai berkicau.
(22) Semua
orang laki-laki bekerja di sawah, sedangkan para istri mereka bekerja di rumah.
Kalimat (21) dan (22) masing-masing mengandung dua
informasi. Informasi pertama pada kalimat (21) adalah ‘fajar telah
menyingsing’ dan informasi kedua adalah ‘burung-burung pun mulai
berkicau.’ Kedua informasi itu mempunyai derajat yang sama. Agar kedua
informasi itu sederajat, dipilih jenis kalimat majemuk setara, bukan majemuk,
bertingkat. Begitu pula kalimat (22), kalimat itu juga mengandung dua informasi
yang sama-sama penting. Informasi pertama adalah ‘semua orang laki-laki
bekerja di sawah’ dan informasi kedua adalah ‘para istri mereka
bekerja di rumah.’ Kalimat (22) juga termasuk jenis kalimat majemuk setara.
Bedanya adalah bahwa kalimat (21) berupa kalimat majemuk setara penjumlahan,
sedangkan kalimat (22) merupakan kalimat majemuk setara pertentangan.
6.2 Kalimat
Melepas
Kalimatmelepas berbeda dari kalimat berimbang. Kalimat
berimbang mengandung informasi yang setara, sedangkan kalimat melepas
mengandung informasi yang tidak setara. Di dalam kalimat melepas terdapat
informasi utama dan informasi tambahan. Informasi utamanya diletakkan pada
bagian awal kalimat dan informasi tambahan diletakkan pada posisi berikutnya
sehingga seakan-akan informasi tambahan itu dilepas begitu saja. Karena derajat
informasinya tidak sama, jenis kalimat yang digunakan bukan kalimat majemuk
setara, melainkan kalimat majemuk bertingkat. Agar penjelasan ini lebih mudah
dipahami, kalimat berimbang (21) dan (22) di atas, diubah menjadi kalimat
melepas seperti berikut.
(23) Fajar
telah menyingsing saat burung-burung mulai berkicau.
(24) Semua
orang laki-laki bekerja di sawah tatkala para istri mereka sedang bekerja di
rumah.
Dengan mengubah kalimat (21) dan (22) menjadi kalimat (23) dan (24), informasi
yang terkandung di dalamnya mempunyai derajat yang berbeda. Perbedaan derajat
informasi itu dipisahkan oleh kata penghubung saat dan tatkala.
Informasi pada bagian awal kalimat, yaitu sebelum kata penghubung, adalah
informasi utama yang derajatnya lebih tinggi, sedangkan informasi berikutnya,
yaitu sesudah kata penghubung, adalah informasi tambahan yang derajatnya lebih
rendah. Bagian kalimat yang memuat informasi utama itu adalah anak kalimat.
Dengan demikian, kalimat (23) dan (24) adalah kalimat majemuk bertingkat.
6.3 Kalimat
Berklimaks
Kalimat berklimaks merupakan kebalikan kalimat melepas. Pada
kalimat melepas informasi utamanya terletak pada awal kalimat, sedangkan pada
kalimat berklimaks informasi utamanya terletak pada bagian akhir kalimat.
Dengan demikian, kalimat (23) dan (24) di atas dapat diubah menjadi kalimat
berklimaks seperti berikut.
(23a) Saat burung-burung mulai berkicau, fajar
menyingsing.
(24a) Ketika para istri mereka bekerja
di dapur, semua orang laki-laki bekerja di sawah.
7 Kecermatan
(Cermat dalam pemilihan dan
penggunaan kata-kata)
Kecermatan di sini maksudnya tidak menimbulkan tafsiran
ganda dan tepat dalam pilihan kata.
Contoh:
(27a) Mahasiswa perguruan tinggi
yang terkenal itu menerima hadiah. (salah)
(27b) Mahasiswa dari perguruan tinggi yang terkenal
itu menerima hadiah. (benar)
(28c) Mahasiswa yang terkenal di perguruan tinggi itu
menerima hadiah. (benar)
(29a) Dia menerima uang sebanyak
tiga puluh lima ribuan. (salah)
(29b) Dia menerima uang sebanyak tiga puluh lima ribu
rupiah. (benar)
(29b) Dia menerima uang sebanyak tiga puluh lembar
lima ribu rupiah. (benar)
8. Kesepadanan (Keseimbangan antara pikiran dan
struktur bahasa yang digunakan)
a. Memiliki subjek & predikat
yang jelas
Contoh:
(1) Ibnu
sedang menulis surat. (S & P jelas)
(2) Dalam makanan
itu mengandung bahan pengawet. (S tidak jelas)
(3) Bukumu
di dalam tasku. (P tidak jelas)
b. Tidak terdapat subjek ganda
Contoh:
(1) Orang
itu gerak-geriknya mencurigakan.
(2) Benda
itu gerakannya sangat cepat.
c. Kata penghubung intrakalimat tidak
digunakan dalam kalimat tunggal
Contoh:
(1)
Sedangkan saya masih banyak membutuhkan biaya. (salah)
(2) Sehingga
saya tidak dapat mengikuti acara pertama. (salah)
(3) Tahun
ini ayah pensiun, sedangkan saya masih banyak membutuhkan biaya. (benar)
(4) Saya datang
agak terlambat, sehingga tidak dapat mengikuti acara pertama. (benar)
9. Kepaduan (Kepaduan pernyataan dalam kalimat
sehingga informasi yang disampaikan tidak terpecah-pecah)
a. Tidak bertele-tele
Contoh:
(1)
Penetapan bahasa persatuan kita sangatlah mudah, pada mana, masing-masing
perjuangan, di mana rakyat Indonesia yang tersebar dari Sabang sampai Merauke,
yang senasib, seperjuangan serta satu cita-cita, maka karena kesadaran tadi,
disertai pemikiran, maka rakyat Indonesia menetapkan bahasa nasional tersebut
sebagai bahasa persatuan. (bertele-tele/tidak padu)
(2)
Penetapan bahasa persatuan kita sangatlah mudah. Pada masa perjuangan, rakyat
Indonesia yang tersebar dari Sabang sampai Merauke merasakan senasib,
seperjuangan, serta satu cita-cita. Dengan kesadaran itu dan pemikiran yang
mantap, rakyat Indonesia menetapkan bahasa nasional tersebut sebagai bahasa
persatuan. (padu)
b. Menggunakan pola aspek+agen+verba
Contoh:
(1)
Surat itu sudah saya baca.
(aspek+agen+verba)
(2)
Surat itu saya sudah baca. (agen+aspek+verba)
c. Tidak menyisipkan kata di antara
predikat dan objek pada kalimat transitif.
Contoh:
(1)
Mahasiswa harus menyadari akan pentingnya perpustakaan.
(salah/tidak padu/tidak efektif)
(2)
Mahasiswa harus menyadari pentingnya perpustakaan. (benar/padu/efektif)
(3)
Mahasiswa harus sadar akan pentingnya perpustakaan. (benar/padu/efektif)
Comments
Post a Comment