Teori Dasar (NaOCl)
2.1. Desinfektan
Disinfektan
didefinisikan sebagai bahan kimia atau pengaruh fisika yang digunakan untuk
mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik seperti bakteri dan
virus, juga untuk membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme atau kuman
penyakit lainnya.
Desinfeksi dapat dilakukan
melalui beberapa cara, namun cara yang umum digunakan antara lain sebagai
berikut ini :
1. Pemanasan
Air
dipanaskan / dididihkan selama ( 15 – 20 ) menit .
Dengan pendidihan ini , bakteri patogen dapat mati ,dengan
demikian air menjadi sehat. Metoda ini umum di terapkan secara individual.
2.
Pembubuh Kimia ( Desinfektan kimia )
Proses
desinfeksi dengan metode ini adalah dengan mencampurkan suatu
zat kimia ( desinfektan ) ke dalam air kemudian membiarkan
dalam waktu yang cukup untuk memberikan kesempatan kepada desinfektan
untuk berkontak dengan bakteri . Bahan yang dipergunakan
dalam proses desinfeksi disebut desinfektan .
Syarat
– syarat Desinfektan :
1. Dapat
mematikan semua jenis organisme patogen dalam air.
2. Dapat
membunuh kuman yang dimaksud dalam waktu singkat.
3. Ekonomis
dan dapat dilaksanakan dengan mudah dalam operasinya.
4. Air
tidak boleh menjadi toksik setelah disinfeksi.
5. Dosis
diperhitungkan agar memiliki residu atau cadangan untuk mengatasi
adanya kontaminasi di dalam air.
Senyawa Klor
dapat mematikan mikrorganisme dalam air. Karena oksigen yang terbebaskan
dari senyawa asam hypochlorous mengoksidasi beberapa bagian yang penting
dari sel bakteri sehingga menjadi rusak.
Bermacam-macam zat kimia
seperti ozon (O3), klor (Cl2), klor dioksida (ClO2)
dan proses fisik seperti penyinaran dengan ultraviolet, pemanasan, dan
lain-lain, digunakan untuk disinfeksi air. Dari bermacam-macam zat kimia yang
disebutkan di atas, klor adalah zat kimia yang sering dipakai karena harganya
murah dan masih mempunyai daya disinfeksi sampai beberapa jam setelah
pembubuhannya (residu klor).
Selain dapat membasmi
bakteri dan mikroorganisme seperti amoeba,
ganggang, dan lain-lain, klor dapat mengoksidasi ion-ion logam seperti Fe2+,
Mn2+, menjadi Fe3+, Mn4+, dan memecah molekul
organis seperti warna. Selama proses tersebut, klor sendiri direduksi sampai
menjadi klorida (Cl-) yang tidak mempunyai daya disinfeksi. Di
samping ini klor juga bereaksi dengan amoniak.
Klor berasal dari gas klor
Cl2, NaOCl, Ca (OCl)2 (kaporit) atau larutan HOCl
(asam hipoklorit). Breakpoint chlorination (klorinasi titik retak) adalah
jumlah klor yang dibutuhkan sehingga :
a. Semua zat yang dapat dioksidasi
teroksidasi
b. Amoniak hilang sebagai gas N2
c. Masih ada residu klor aktif terlarut yang
konsentrasinya dianggap perlu untuk pembasmian kuman-kuman
Untuk setiap unsur klor
aktif seperti klor tersedia bebas dan klor tersedia terikat tersedia
analisa-analisa khusus. Namun untuk praktikum biasa hanya klor aktif (residu)
ditentukan melalui suatu analisa ; klor tersedia bebas dan klor tersedia
terikat didapatkan melalui grafik klorinasi breakpoint. Klor aktif dapat
dianalisa melalui titrasi iodometris atau melalui titrasi kolorimetris dengan
DPD. Analisa idiometris agak sederhana dan murah tetapi tidak sepeka metode
DPD.
Teori lain menyatakan bahwa
proses pembunuhan bakteri oleh senyawa klor itu selain oksigen bebas juga
disebabkan oleh pengaruh langsung senyawa klor bereaksi dengan protoplasma.
Beberapa percobaan
juga menyebutkan bahwa kematian mikroorganisme disebabkan reaksi
kima antara asam hipochlorus dengan enzim pada sel bakteri sehingga
metabolismenya terganggu.
Faktor yang mempengaruhi
efisensi desinfeksi adalah :
- waktu
kontak
- Konsentrasi
desinfektan
- Jumlah
mikroorganisma
- pH
- Adanya
senyawa lain dalam air.
Senyawa klor yang
sering digunakan untuk proses desinfeksi adalah Hipoklorit dari kalsium dan
natrium. Kloramin, Klordioksida, dan senya komplek dari klor.
2.2. Klor aktif (sisa klor) dengan metode iodometri
Klor aktif akan membebaskan
iodine I2 dari larutan kaliumiodida KI jika pH < 8 (terbaik
adalah pH < 3 atau 4), sesuai reaksi i dan ii. Sebagai indicator digunakan
kanji yang merubah warna sesuai larutan yang mengandung iodine menjadi biru.
Untuk menentukan jumlah klor aktif, iodine yang telah dibebaskan oleh klor
aktif tersebut dititrasikan dengan larutan standar natriumtiosulfat, sesuai
rekasi iii. Titik akhir titrasi dinyatakan dengan hilangnya warna biru
dari larutan. Asam asetik HAs (CH3COOH) harus digunakan untuk
menurunkan pH larutan sampai 3 atau 4.
Reaksi-reaksi yang terjadi
dalam analisa ini adalah :
a)
OCl- + 2 KI + 2 HAs
-----> I2 + 2 KAs + Cl- + 2 H2O
b)
NH2Cl + 2 KI + 2
HAs -----> I2 + KAs + KCl + NH4As
c)
I2 +
kanji -----> warna biru
d)
I2 + 2 Na2S2O3 -----> Na2S4O6 +
2
NaI
2.3. Gangguan
Gangguan pada analisa klor
aktif terutama disebabkan oleh ion logam yang teroksidasi seperti Mn4+,
Fe3+, dan sebagainya. Juga oleh zat-zat pereduksi seperti S2- (sulfide),
NO2- (nitrit), dan sebagainya.
2.4. Ketelitian
Batas kepekaan adalah kira-kira
20 µg Cl2 / l. Batas deteksi (konsentrasi terendah) adalah 0,5
mg Cl2/l. Hasil selalu sebagai mg Cl2 / l, walaupun
juga termasuk unsur-unsur klor aktif yang lain.
2.5. Pengawetan sampel
Klor tidak stabil bila
terlarut dalam air, dan kadarnya akan turun dengan cepat. Sinar matahari atau
lampu, dan pengocokan sampel akan mempercepat penurunannya. Oleh karena itu
analisa klor aktif harus dilakukan paling lambat 2 jam setelah pengambilan
sampel.
Larutan dengan kadar klor
yang lebih tinggi adalah lebih stabil, tetapi sebaiknya disimpan di tempat
gelap atau di botol kaca coklat.
1.6. Larutan
NaOCl
Larutan NaOCl larut dalam air. Dalam larutan, hipoklorit mengalami
reaksi disproporsionasi yang lambat dalam larutan dingin, tetapi cepat dalam
larutan panas.
Dipasaran, larutan NaOCl ini dijual dalam bentuk
larutan. Konsentrsi tertinggi 35% kadar clor aktif –hipoklorit. Sifatnya mudah
menguap sehingga harus dalam keadaan tertutup. Makin tua warna NaOCl maka makin
pekat konsentrsinya.
Larutan NaOCl ini sangat berguna bagi kehidupan karena memiliki banyak
fungsi, diantranya:
ü Dalam tekstil sebagai zat pengelantang untuk
serat selulosa
ü Pada air digunakan untuk membunuh bakteri
ü Untuk melarutkan serat selulosa
ü Dapat membersihkan bakteri dalam gigi dan
mulut
Reaksi yang
digunakan dalam percobaan ini yaitu reaksi redoks atau reaksi reduksi oksidasi.
Larutan KI 10% dalam percobaan ini berperan sebagai donor iodium, sedangkan
sebagai indikator digunakan indikator kanji 0,5%.
Comments
Post a Comment